Sepi di Jalanan


Mentari ini telah terbit demikian juga kemarin

Kelelawar juga telah lama pulang ke sarang

Demikian juga gembala yang kembali mencari makan

Apa yang telah hilang dan apa yang dicari…

Gelembung itu pecah di angkasa ia bertabrakan…

Gemuruh itu mencaci...sok tau dan ingin mencari tau…

Pena ini serasa tak akan kering ketika ku goreskan tinta

sejarah telah lama mengakar

di otak yang kering

di mata yang gersang

di kaki kaki yang tidak bertulang

dengan ratapan tidak bermakna

hujan... hujan…

guyurlah aku.....

air mata dan rindunya dahaga ini….

Rindu yang tidak pula berarti….dan air mata yang tidak pula berhenti…

Senja telah datang lagi dan ...nanti malam mungkin menggantang mimpi…



Kupu-kupu itu indah sekali seperti hati jika sedang berbunga dan madunya akan segera hilang

Hilang dan disia-siakan. Apakah lukanya hati ini seperti ukiran kayu yang dipahat burung pematuk.

Tanah ini,..air ini telah mengubur akar dan sisi sisa tulang belulang

yang telah menggigit menusuk urat nadi ku…



Rindu dibelai ombak yang berselimut hangatnya pasir…

kicauan burung yang bercanda dengan ikan….

lembutnya jemari angin mataku terasa tersihir dan lupa…

Diantara karang yang cadas dan kaki2 kepiting yang berisik…

Aku ada di pulau tanpa penghuni…

Kesunyian yang tertelap sunyi keramaian yang penat ramai…



“ Raga tidurlah kau disini biarkan aku mencari mimpi…dan kutangkapkan apa yang menjadi jiwamu.”



0 komentar :

Posting Komentar

Komentarnya jangan panjang panjang ya...